Kamis, 29 Juli 2010

laporan kelapa sawit

BAB I
PENDAHULUAN

            1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit pertama kali ditemukan di negara Afrika Barat dan tanaman ini disebut sebagai tanaman tropikal. Selain di Afrika Barat tanaman kelapa sawit ini banyak juga di temukan di Afrika  Selatan serta negara-negara tetangga seperti Malaysia, Pantai Gading, Thailand, Papua Nugini, Brazilia dan juga negara-negara lainnya. Indonesia merupakan produsen terbesar kedua kelapa sawit setelah malaysia, diperkirakan pada tahun 2008 Indonesia merupakan produsen kelapa sawit di dunia (Pahan, 2006).
Keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas dari ketersediaan faktor pendukung, salah satu diantaranya ketersediaan bahan tanam unggul kelapa sawit. Sumber resmi benih kelapa sawit unggul antara lain: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT Socfindo, PT London Sumatera (Anonim, 2007).
Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor mengivestasikan modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Selama tahun  1990-2000, luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha atau meningkat 21,5% jika dibandingkan akhir tahun 1990 yang hanya 11.651.439 ha. Rata-rata produktivitas kelapa sawit mencapai 1,396 ton/ha/tahun untuk perkebunan rakyat dan 3,50 ton/ha/tahun untuk perkebunan besar. Produktivitas kelapa sawit tersebut dinilai cukup tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas komoditas perkebunan lain (Fauzi, dkk, 2004).
            Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) banyak tumbuh subur di daerah yang memiliki iklim tropis. Pada daerah ini matahari bersinar sepanjang hari dengan curah hujan yang cukup tinggi serta rata-rata suhu 22°C sampai 32°C pada ketinggian 500 m dari permukaan laut. Kondisi ini memungkinkan kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan lahan yang cukup luas.
            Di Indonesia sendiri kelapa sawit tersebar di beberapa wilayah diantaranya pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Khusus untuk sulawesi, salah satunya terdapat di daerah Gorontalo tepatnya di Kabupaten Gorontalo Kecamatan Pulubala Desa Molamahu yang dikelola oleh PT. Lembah Hijau Group yang sementara ini masih dalam tahap pembibitan (Pre Nursery dan Main Nursery) dengan jumlah 368.000 bibit. Varietas yang digunakan yakni varietas sriwijaya yang berasal dari hasil persilangan antara varietas dura x pasifera.  PT. Lembah Hijau Group yang bergerak di bidang budi daya tanaman kelapa sawit, telah memberikan kontribusi nyata bagi pemerintah dan masyarakat Molamahu yang pada awalnya hidup di bawah garis kemiskinan dan serba terbatas kini telah bisa merasakan kehidupan yang tergolong sejahtera.
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah bahan perbanyakan tanaman berupa bibit, untuk itu perlu adanya pengawasan bibit yang baik antara lain di pembibitan awal (Pre Nursery) dan di pembibitan utama (Main Nursery). Pada pembibitan ini, perlu adanya pengamatan secara visual terhadap penampilan bibit dengan cara membandingkan bibit normal dengan bibit abnormal yang diakibatkan oleh faktor kultur teknis dan faktor genetik.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah di atas adalah bagaimana penampilan bibit abnormal selama fase pembibitan pada tahap Pre-Nursery ?

1.3     Tujuan
Untuk mengetahui penampilan bibit abnormal selama fase pada tahap Pre-Nursery.
1.4 Manfaat

  1. Menambah wawasan tentang bagaimana menentukan bibit abnormal pada pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tahap Pre-Nursery
  2. Memberikan kontribusi positif terutama bagi penulis sebagai bentuk pengembangan daya kreatif di bidang ilmu pengetahuan khususnya tentang budidaya kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq).





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit Afrika (Elaeis guineensis)Klasifikasi kelapa sawit sebagai berikut :
Divisi                     : Spermatophyta
Sub divisi             : Angiospermae
Kelas                     : Dicotyledonae
Keluarga                : Palmaceae
Sub keluarga         : Cocoideae
Genus                    : Elaeis
Spesies                  : Elaeis guineensis Jacq.
Varietas                 : Elaeis guineensis Jacg. Var.    
  Sriwijaya

Menurut Maksi (2008), morfologi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
2.1.1 Akar
Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
2.1.2 Batang
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
2.1.3 Daun
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Susunan ini menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda.Panjang pelepah daun sekitar 7,5–9 m. Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250–400 helai. Produksi pelepah daun selama satu tahun mencapai 20–30 pelepah.
2.1.4 Bunga
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Sehingga pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
2.1.5 Buah
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp : Bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp : Serabut buah
Endoskarp : Cangkang pelindung inti
Endosperm : Biji
Embrio       : Lembaga
Buah terkumpul di dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20–22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12–14 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25–35 kg.
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi 3 yakni :
v  Dura,
v  Pisifera, dan
v  Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28% (Sastrosayono, 2003).
2.2 Syarat Tumbuh
2.2.1 Iklim
Menurut Maksi (2008), kelapa sawit merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal diantaranya :
a.   Kelapa sawit adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis
lintang 130C Lintang Utara dan 120C Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia dan Amerika.
b.   Persyaratan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut :
  • Curah hujan per tahun adalah 1500-4000 mm, optimal 2000-3000 mm.
  • Suhu optimum yang dikehendaki adalah 280C dan tinggi tempat optimal adalah 0 500 meter dari atas permukaan laut
  • Kelembaban rata-rata 75 %.
2.2.2 Tanah
Menurut Anonim (2006) meyebutkan bahwa ada beberapa tipe tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit.
  1. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi kelapa      sawit dapat tumbuh optimal pada jenis tanah Latososl, Podsolik Merah Kuning dan Aluvial.
  2. Sifat-sifat fisika dan kimia yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimal adalah sebagi berikut :
·         Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam atau menghindari tanah
·         tanah yang berdrainase jelek dengan permukaan air tanah yang dangkal.
·         Solum cukup dalam (sekitar 80 cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu.
·         Reaksi tanah masam dan pH antara 4,0-6,5 ( pH optimumnya 5 – 5,5 ).
·         Dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan gembur, aerasi dan draenasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas
  1. Tanah-tanah yang tidak memenuhi syarat untuk kelapa sawit adalah :
·         Tanah pantai yang sangat berpasir
·         Tanah gambut yang tebal, yang menyebabkan akar tidak dapat mencapai lapisan mineral sehingga tanaman mudah tumbang atau pertumbuhannya miring.

2.3 Persiapan Lahan
Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit yang sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut.
Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit (Setyamidjaja, 2003).

2.4 Pembibitan

Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting).
Menurut Dirattanhun (2007), untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang.  Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama. 
2.4.1 Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut:
  • Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit
  • Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun
  • Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang memenuhi syarat.
  • Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan.
  • Drainase baik, sehingga pada musim hujan tidak tergenang air.
  • Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik.
  • Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan.
  • Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik.
2.4.2 Luas Pembibitan
Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman yang direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan jarak tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m dengan lebar 5 m.
2.4.3 Sistem Pembibitan
Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery).  Sedangkan pada sistem pembibitan  dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery) terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (Main Nursery)  dengan polybag berukuran lebih besar.
Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
  • Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama.
  • Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama.
  • Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama.
2.4.4 Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya.
2.4.5 Kantong Plastik (Polybag)
Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan awal (Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22 cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak 12-20 buah.
Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag dibuat lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag.

2.4.6 Pembibitan Awal ( Pre-Nursery )
 Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran polybag yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau  15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.
 Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery). Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit.
Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena siraman.

2.4.7 Pembibitan Utama ( Main-Nursery )
Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Anonim 2007).
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm (Anonim 2007).
2.4.8        Pemeliharaan (pada pembibitan)
Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat.
Pemeliharaan bibit meliputi :
v  Penyiraman
v  Penyiangan
v  Pengawasan dan seleksi
v  Pemupukan

a. Penyiraman
Ø   Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8 mm pada hari yang bersangkutan.
Ø   Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.
Ø   Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit.

b. Penyiangan
Ø   Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored atau dengan herbisida
Ø   Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

c. Pengawasan dan seleksi
Ø   Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit
Ø   Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang.
Ø   Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan.
Menurut Anonim (2007), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali.  Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama.  Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama.  Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:
a)  bibit tumbuh meninggi dan kaku
b)  bibit terkulai
c)  anak daun tidak membelah sempurna
d)  terkena penyakit
e)  anak daun tidak sempurna.
Menurut Buana, dkk (2004), seleksi bertujuan untuk menghindari terangkutnya bibit abnormal ke tahap pembibitan selanjutnya. Bibit abnormal dapat disebabkan oleh faktor kultur teknis, dan faktor genetik atau serangan hama dan penyakit. Seleksi dilaksanakan saat pindah tanam. Tanaman normal pada umur 3 bulan, biasanya telah memiliki 3-4 helai daun dan telah sempurna bentuknya. Beberapa bentuk bibit abnormal yang harus dibuang pada saat pelaksanaan seleksi, yaitu:
·       Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang       (narrow-leaves).
·       Bibit yang pertumbuhannya terputar (twisted).
·               Bibit yang tumbuh kerdil (dwarfish).
·               Bibit yang anak daunnya bergulung (rolled-leaves)
·       Bibit yang anak daunnya kusut (crinkled)
·               Bibit yang ujung daunnya membulat seperti mangkok (collante).
·       Bibit yang terserang penyakit tajuk (crown-disease)

d. Pemupukan
Ø   Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur.
Ø   Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk.
Ø   Dosis dan jenis pupuk yang diberikan dapat dilihat pada table berikut ini :











PT. Lembah Hijau
 





Kelapa Sawit
 




Lokasi pembibibitan
 








Penampilan bibit
 
 

















Hipotesis
Adapun yang menjadi hipotesis di atas yakni pada pertumbuhan bibit kelapa sawit terdapat beberapa bibit yang abnormal yang terdiri dari pertumbuhan layu, pertumbuhan terhambat, dan lain-lain



















BAB III
TEKNIK PELAKSANAAN
3.1.Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan kajian ini dilaksanakan di PT Lembah Hijau Group Sejatera Dusun Onggama Desa Molamahu Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo Waktu pelaksanaan kajian ini sejalan dengan pelaksanaan magang dari Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo selama 2 bulan yaitu dari tanggal 23 februari sampai 24 juni 2008.
3.2. Alat dan Bahan Yang Digunakan
1.                  Alat Tulis Menulis
2.                  Kamera
3.                  Buku Panduan Seleksi Bibit
4.                  Bibit kelapa sawit
3.3. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam kajian ini ialah metode observasi yakni pengamatan langsung terhadap penampilan bibit kelapa sawit yang diakibatkan oleh faktor kultur teknis dan faktor genetik.
3.4. Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati yakni penampilan pertumbuhan bibit abnormal yang diakibatkan oleh faktor kultur teknis dan faktor genetik. Faktor kultur teknis seperti pertumbuhan bibit terhambat (stressed), daun berputar (twisted leaf), daun berkerut (crinkled leaf), layu (wilted), daun tidak membuka (collante), sedangkan faktor genetik seperti pertumbuhan terhambat (runt), daun alang-alang (grass leaf), daun kaku/tegak (erected), daun albino (chimaera), daun menggulung (rolled leaf).
3.5. Prosedur Pelaksanaan
Pengamatan dilakukan terhadap seluruh variabel pertumbuhan bibit kelapa sawit dengan cara membandingkan antara bibit normal dengan bibit abnormal. Selain itu penyebab bibit abnormal dapat dikelompokkan atas faktor kultur teknis dan faktor genetik. Bibit dengan penampilan menyimpang dari bibit normal yang telah ditentukan ( tinggi, jumlah pelepah, dan besar bonggol ) serta beda populasi yang ada seperti pertumbuhan terhambat, pertumbuhan berputar, albino, daun alang-alang dan daun tidak membuka.












DAFTAR PUSTAKA
_________, 2008. “deskripsi kelapa sawit varietas sriwijaya. PT. Binasawit
Makmur Jl. Basuki Rahmat No. 788 Palembang, Sumatera Selatan. Http://seafast.ipb.ac.id/maksi/index.  (28 januari 2009)
_________, 2007. “Budidaya Kelapa Sawit.” Http://seafast.ipb.ac.id/maksi/index.  opotion=com_content&task=view&id=39&Itemid=25 (12 januari 2009)
Buana, Lalang, dkk, 2004, “ Modul Kelapa Sawit”, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan (http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit) (12 januari 2009)

Dirattanhun. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Written Friday, 03 August 2007

Fauzi, Yan, dkk, 2004, ”Budidaya Kelapa Sawit Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran”, Penebar Swadaya, Jakarta
            (http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit) (12 januari 2009)

Girsang Annel, 2005. “Pedoman Pembibitan Kelapa Sawit Pre-Nursery dan Main-Nursery.” PPKS – Unit Usaha Marihat.

Nurita, M, 2004. Respon Biokimia Beberapa Progeni Kelapa Sawitt Terhadap Cekaman Kekeringan Pada Kondisi Lapangan. PT SMARTRI. Indonesia

Sastrosayono, Selardi, 2003. Budidaya Kelapa Sawit . Penerbit PT Agro Media Pustaka. Jakarta Selatan


Setyamidjaja, Djoehana. 2003. Tentang Budi Daya Kelapa Sawit

Pahan, Iyung, 2007, ”Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Sampai Hilir”. Penebar Swadaya, Jakarta

PPKS, 2000, ”Seleksi Bibit Kelapa Sawit”. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Purba Razak, dkk, Akses 20.01.2008. “Benih Kelapa Sawit Palsu: Penghambat Peningkatan Produktivitas.” http://124.81.86.181/publikasi/wr272055.pdf (12 januari 2009)
















Dokumentasi Lapangan







































Curiculum Vitac
I. Identitas Pribadi
Nama                                 : Arlan Latif
Tempat tanggal lahir          : Gorontalo, 10 November 1985
Jenis kelamin                     : Laki-Laki
Agama                               : Islam
Alamat                               : Jln. Tani, Desa Buntulia Utara  Kec. Buntulia Kab. Pohuwato
II. Identitas Orang Tua
Nama Ayah                        : Sahidun Latif
Nama Ibu                            : Salma Datau

III. Riwayat Pendidikan
1999            : SDN 1 Buntulia Utara, Pohuwato
2002            : SMP Negeri 2 Marisa, Pohuwato
2005                    : SMU Negeri 1 Marisa, Pohuwato
2009          : D3 Pertanian Fakultas Pertanian UNG

IV. Pengalaman Organisasi
a.       Pengurus HMJ Fakultas Pertanian periode 2006/2007
b.      Sekretaris Umum Senat Mahasiswa Fakultas Pertanian Periode 2007/2008
c.       Pengurus MPM Universitas Negeri Gorontalo Periode 2008/2009
d.      Pengurus KPMIP (Kerukunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Pohuwato) Periode 2007.
e.       Pengurus IMTPI Wilayah V periode 2006-2008
V. Seminar/Pelatihan Yang pernah di ikuti
a.       Peserta pelatihan PBK Universitas Negeri Gorontalo tahun 2005
b.      Peserta OMP Fakultas Pertanian UNG tahun 2005
c.       Peserta Internasional Seminar and Workshop on Maize tahun 2006
d.      Peserta Seminar KNK (Konperensi Nasional kelapa VI) tahun 2006
e.       Peserta TIMT (Temu Ilmiah Mahasiswa Tanah) Universitas Lambung Mangkurat tahun 2006
f.       Peserta ESQ  Leadership Training tahun 2007
g.      Peserta seminar Nasional IMTPI VI Fakultas pertanian UNG tahun 2007
h.      Peserta pelatihan Karya Tulis Ilmiah Lembaga penelitian Universitas Negeri           Gorontalo tahun 2008
i.        Peserta Seminar Nasional IMTPI Wilayah IV Fakultas pertanian Universitas Hasanudin tahun 2008
j.        Peserta SEMILOKNAS ISMPI (Seminar dan Lokakarya Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia) Universitas Siliwangi Tasikmalaya tahun 2008
k.      Peserta Seminar Nasional ISMPI Wilayah IV Fakultas Pertanian UNG tahun 2008